Sabtu, 14 Agustus 2021

MEMBACA YUK..


Membaca merupakan aktifitas yang positif. Orang yang membaca lebih berpengetahuan dibanding orang yang tidak membaca. Membaca bisa mengingatkan kita pada informasi lama yang pernah kita ketahui, bisa juga menambah semakin tahu, suatu hal yang tadinya kita memang belum punya pengetahuan tentang hal tersebut.

Membaca secara umum bisa berarti proses mengumpulkan informasi tentang kondisi melalui proses mengamati atau bertanya pada pihak lain yang lebih tahu. Sedangkan membaca secara khusus (mekanis) yaitu mengeja huruf / tulisan kata demi kata atau kalimat demi kalimat, sampai kita mengumpulkan makna demi makna dari teks tulisan yang kita baca.

Membaca akan lebih bermakna bagi pelakunya manakali ia berhasil menghubungkan (connected) antara informasi yang dikumpulkan dengan tiga hal;

1. diri pembaca

2. lingkungan pembaca

3. info atau teks lain yang pernah dibaca

Menghubungan informasi yang didapat dengan diri pembaca akan lebih berdampak, semisal pembaca menangkap informasi tentang hal positif, kemudian ia menyimpan dan berencana mengamalkan atau setelah membaca ia mengetahui hal buruk dan berencana menghindari dari hal buruk tersebut, maka ia bisa dikatakan telah memaknai.

Menghubungkan isi bacaan dengan lingkungan pembaca, maksud saya yaitu setelah memahami bacaan seorang pembaca berfikir tentang perubahan apa yang bisa dilakukan bersama, agar lingkungan di sekitar pembaca semakin baik seperti yang dibahas pada isi bacaan. 

Mengkoneksikan isi bacaan dengan teks lain, maksud saya setelah membaca, pembaca menghubungkan informasi baru yang didapatkan dengan informasi yang sementara ini telah diketahui. Bisa jadi info yang baru dibaca sejalan dengan pengetahuan lama, atau bisa juga berlawanan.

Mari rajin membaca, mulai berlatih membaca dari hal yang mudah yang ada di sekitar kita. Semoga kita menjadi insan yang produktis dan termasuk pribadi yang beruntung.

QS. Az-Zumar Ayat 9

Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.

Jumat, 13 Agustus 2021

Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

 


Resume ke  : 15

Tema            : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Narasumber : Bpk. Susanto, S.Pd

Gelombang  : 19

Moderator    : Ibu Maesaroh

Materi Pelatihan Belajar Menulis kali ini sangat menarik bagi saya karena berhubungan langsung dengan kompetensi penulis dalam meningkatkan kualitas tulisan sebelum dipublikasikan. Selain itu narasumber dalam pelatihan kali ini juga sangat pengalaman dalam mengedit beberapa tulisan hingga layak terbit. Beliau Bpk. Susanto, S.Pd yang aktif menulis buku antologi dan sangat giat membantu mengedit banyak buku. Tentu pengalamannya perlu kita jadikan pelajaran, karena dengan penulisan yang tepat makna dan pemahaman akan diterima sengan baik oleh pembaca dan terhindar dari multi tafsir yang tidak kita harapkan.

Dengan di moderator ibu Maesaroh, pertemuan online pelatihan belajar menulis ini semakin meriah. Narasumber mengingatkan kembali terkait swasunting, Materi sebelumnya, oleh Pak "Mazmo" Sudomo, banyak dikutip sebagian besar peserta yang mengumpulkan tulisan resume pelatihan: Swasunting, dilakukan setelah selesai menulis, jangan menyunting sambil menulis, fokus penyuntingan pada kesalahan penulisan, ejaan, kata baku, aturan penulisan, dan logika cerita. Selain itu harus kejam pada tulisan sendiri. Terakhir adalah berpegangan pada KBBI dan PUEBI.

Dengan merendah Pak Susanto menyampaikan, "Saya yakin, banyak di antara Bapak atau Ibu yang sdh menjadi Proofreader atau bahkan editor pada penerbitan. Oleh karena itu, saya mohon izin. Ibarat menggarami lautan, untuk Bapak dan Ibu yang berprofesi sebagai proofreader, kita dapat berbagi pada kesempatan selanjutnya."

Proofreading atau kadang disebut dengan uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut. Karena intinya, Proofreading adalah aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan. Oleh karena itu, kegiatan ini sesungguhnya adalah kegiatan akhir setelah tulisan diselesaikan. Dalam hal ini sangat sesuai dengan nasihat para pakar menulis, yakni: "Tulis saja, jangan pedulikan teknis. Salah nggak papa mumpung ide masih mengalir. Jika sudah selesai, barulah kita lakukan editing."

Yang sering terjadi, ketika "sedang" menulis, muncul keinginan agar tulisan ini harus sempurna. Sehingga, muncul kehawatiran: nanti tulisan jelek, tdak layak baca, banyak kesalahan ejaan, kalimatnya tidak pas, dan sebagainya. Akhirnya terjebak untuk segera memperbaiki. Hal lain (biasanya seorang blogger) ingin segera menerbitkan tulisan. Begitu selesai menulis, mungkin karena mengejar target atau ingin segera memublikasikan, langsung klik tombol kirim.

Apa yang terjadi? Yang pertama, alih alih tulisan menjadi lebih baik, malah tulisan "nggak jadi-jadi". Untuk yang kedua, maksud hati membuat tulisan yang menarik, akibat kekurangcermatan dalam pengetikan tulisan di blog, tulisan menjadi berkurang nilai kemenarikannya. Sayang, ya?. Oleh karena itu, proofreading sangat penting. Ketimbang kita "menyewa" proofreader, lebih baik kita lakukan sendiri, 'kan?

Dalam proofreading, memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks yang dimaksud adalah memeriksa kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata. Apa bedanya dengan mengedit? Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan. Jadi, proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.

Ada juga yang berpendapat, Pengeditan merupakan proses yang melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan bahasa, sedangkan proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi. Tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca, ya. Seorang proofreader juga harus memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji-baca bisa diterima logika dan dipahami pembacanya. Jadi, ia harus dapat mengenali apakah sebuah kalimat efektif, struturnya sudah tepat atau belum, hingga memastikan agar substansi tulisan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Anda yang jago bahasa asing, jika mendapatkan tugas untuk menguji-baca sebuah teks terjemahan. Output yang dihasilkannya adalah sebuah teks yang mudah dipahami meski bagi orang yang tidak mengetahui bahasa asal teks terjemahan tersebut. Jadi, apa kesimpulannya? Tugas seorang proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya.

Cerita pengalaman sedikit ketika menjadi proofreader dan mengedit naskah antologi teman-teman. Ada tulisan yang sudah bagus, uraian sesuai tema, struktur bahasanya bagus, kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, tetapi terjadi kesalahan dalam meletakkan tanda koma atau tanda baca lainnya. Ada juga tulisan yang masih "kacau" dari segi struktur, misalnya karena kalimatnya berupa kalimat majemuk yang terdiri dari banyak sekalai kalimat tunggal, maka proofreader harus bisa memanngkasnya dan menjadikannya kalimat yang mudah dipahami. Tentu substansi dan maksud penulis tidak berubah.

Contoh sederhana proofreading:

Teks asli

Membuat cerita fiksi memang sedikit berbeda dengan cerita non fiksi. Tetapi cerita non fiksi dapat disampaikan dengan gaya cerita fiksi agar lebih menarik. Tentu sepanjang tidak bertentangan dengan aturan penulisan karya non fiksi yang telah ditentukan, seperti makalah ilmiah, laporan penelitian, dan sejenisnya.

Teks Perbaikan

Membuat cerita fiksi memang sedikit berbeda dengan cerita nonfiksi. Tetapi, cerita nonfiksi dapat disampaikan dengan gaya cerita fiksi agar lebih menarik. Tentu sepanjang tidak bertentangan dengan aturan penulisan karya nonfiksi yang telah ditentukan, seperti makalah ilmiah, laporan penelitian, dan sejenisnya.

Dalam KBBI:

non (adv) tidak; bukan: nonaktif; nonberas

Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara). Misalnya: Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup. Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.

Semoga dengan materi pelatihan yang menarik ini kita semakin mampu meminimalisir kesalahan. Semakin lihai saat menulis tulisan berikutnya dan makin cakap dalan swasunting pasca penulisan. Selamat berkarya kembali..

Rabu, 11 Agustus 2021

Menulis Buku Mayor Dalam Seminggu



Resume ke  : 14

Tema            : Menulis Buku Mayor Dalam Seminggu

Narasumber : Bpk. R. Eko Indrajit

Gelombang  : 19

Moderator    : Mr. Bams

Pelatihan malam kali ini serasa sangat menantang bagi saya dan para peserta lain. Narasumber pada pertemuan kali ini memberi tantangan yang sangat ekstrim dari segi waktu yaitu Menulis buku Mayor dalam seminggu saja. Tantangan tersebut meskipun dirasa sangat berat, ternyata banyak penulis yang berhasil di sesi sebelumnya. Saya juga ingin ikut serta menerima tantangan dari narasumber yaitu beliau Bpk. R. Eko Indrajit seorang tokoh pendidikan dan pakar teknologi informatika asal Indonesia yang kini menjabat Rektor Universitas Pradita.

Bersama Moderator keren Mr. Bams Beliau adalah guru TIK di SMP Taruna Bakti Bandung. Sebuah sekolah swasta ternama di kota Bandung dengan segudang prestasi, menemani peserta pelatihan mencerna materi yang sangat menarik, berdaging, dan lagi-lagi menantang kemampuan para peserta didik. Narasumber yang selain dikenal sebagai sosok penggerak riset informatika dan teknologi digital, Eko Indrajit adalah narasumber yang aktif di berbagai seminar, lokakarya, dan penulis buku serta jurnal yang telah dipublikasikan di dalam maupun luar negeri.

Narasumber merupakan pengisi yang sangat menginspirasi banyak penulis, pasalnya melalui akun Channel youtube nya beliau berhasil meramu ide dan menerbitkan buku. Ekoji buku: Setelah semua yang saya katakan dituliskan (tentu saja dengan struktur yang sudah disepakati bersama), maka saya minta para guru untuk MELENGKAPI dan MEMPERKAYA-nya dengan referensi lain yang dapat mereka temukan di internet.

Setelah satu bulan, semua hasil karya para guru yang rata-rata di atas 100 halaman, saya serahkan ke PENERBIT ANDI, Oleh PENERBIT ANDI dilakukan reviu berdasarkan sejumlah kriteria dan indikator, dan diputuskanlah mana yang harus direvisi minor, mayor, dan yang tanpa revisi untuk diterbitkan. Hasilnya, angkatan pertama yang diberi nama PELOPOR berhasil menerbitkan 19 buah buku, dimana para guru menjadi penulis pertama dan saya ditempatkan sebagai penulis kedua

Berkaca pada keberhasilan tersebut, ternyata meningkatkan motivasi dan gairah guru-guru lain untuk menyusul berkarya, dan secara berturut-turut keluarlah angkatan berikutnya. Hal serupa kami ulangi dengan bekerja sama erat bersama teman-teman hebat dan profesional dari Penerbit ANDI. Alhasil hingga saat ini telah lebih dari 50 buku diterima dan diterbitkan oleh Penerbit ANDI, baik dalam bentuk buku fisik maupun e-book.


Awalnya memang terasa sulit, karena inisiatif ini relatif baru bagi para guru, tapi dengan semangat, motivasi diri, dan saling membantu, semuanya indah pada waktunya. Yang buat narasumber BANGGA adalah beberapa hal - pertama adalah selain para guru berhasil menerbitkan buku, ada yang telah berhasil menerbitkan beberapa buku hingga hari ini, dan kedua adalah karena sudah ada yang berani menerbitkan buku secara mandiri - dalam arti kata memulai semuanya dari nol (tanpa harus bertumpu mencari ide dari EKOJI CHANNEL)

Tampaknya sangat kreatif, produktif dan keren ya teman-teman. Semoga melalui tantangan dan bimbingan narasumber kita bisa menulis sebuah buku baru yang lebih segar, semangat dan bermutu tentunya, selamat mencoba menulis bersama Bpk. R. Eko Indrajit




Senin, 09 Agustus 2021

Kiat Menulis Cerita Fiksi

 


Resume ke  : 13

Tema            : Kiat Menulis Cerita Fiksi

Narasumber : Bpk. Sudomo, S.Pt.

Gelombang  : 19

Moderator    : Ibu Aam Nurhasanah


Kiat Menulis Cerita Fiksi merupakan tema yang dinantikan oleh sebagian peserta pelatihan belajar menulis PGRI, karena dengan mengikuti secara seksama diharapkan peserta akan mendapat tambahan kiat. Bisa jadi dengan kiat yang disampaikan narasumber para calon penulis bisa membuahkan ide fiksi dalam sebuah buku. Hal ini tentunya akan semakin melatih calon penulis, dengan mendapat pencerahan baru yang lebih segar dan lebih solutif. 

Materi tentang kiat menulis kali ini disampaikan oleh Bpk. Sudomo, beliau seorang Guru IPA SMP Negeri 3 Lingsar di Lombok Barat, luluan S1 Peternakan Universitas Diponegoro, namun karyanya tak tanggung-tanggung yaitu 10 buku fiksi dan 2 buku non-fiksi serta belasan prestasi telah diraihnya. Salah satunya Menjadi Juara 1 Lomba Penulisan Desain Pembelajaran Ketahanan Pangan Tingkat Provinsi NTB yang diselenggarakan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB tahun 2011. 

Narasumber ditemani seorang moderator yang sangat berpengalaman dalam kepenulisan yaitu ibu Aam Nurhasanah. Hal yang disampaikan oleh Bapak alumni peserta Belajar Menulis bersama Omjay gelombang 16 ini yaitu tentang manfaat dari setiap kesempatan. Seperti pengalaman narasumber mengikuti lomba, manfaat yang didapatkan yaitu kemampuan menulisnya semakin terasah dengan baik. Kemudian pengalaman manulis bersama, beliau mendapat manfaat yaitu bertemu dengan komunitas penulis dan penerbit antologi buku. Pengalaman menulis di blog juga memberi manfaat seorang penulis / Blogger Influenser. Menyempatkan diri mengikuti komunitas juga dapat meningkatkan kompetensi menulis. Pengalaman menulis buku merupakan manfaat yang memuaskan karena bisa menghadirkan bukti fisik karya pengembangan profesi.

Perjalanan panjang itu, baik dari pengalaman pribadi maupun dari ikut latihan belajar manulis, akhirnya mengantarkan beliau terbawa semakin dalam ke dunia menulis fiksi pada saat mengikuti kelas menulis Omjay gelombang 16. Saat membuat tugas resume kelas menulis, laki-laki yang tinggal di Kelurahan Ampenan Tengah Kecamatan Ampenan Kota Mataram NTB itu, mencoba menghasilkan karya yang berbeda dari yang lain, yaitu menulis resume kelas menulis dengan teknik fiksi.

Dari materi tersebut beliau akan mengupas beberapa materi saja. Hal ini karena pada dasarnya materi lain sudah sangat sering kita baca dan bahkan pahami. 

Pertama, yaitu mengapa kita harus menulis fiksi? Ini penting karena menjadi dasar bagi kita untuk belajar menulis fiksi. Alasan utama adalah salah satu materi dalam tes Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)  adalah Teks Literasi Fiksi. 

Kedua, syarat menulis fiksi,  yaitu komitmen, riset, membaca karya fiksi, mempelajari KBBI dan PUEBI, memahami dasar menulis fiksi, dan menjaga konsistensi menulis fiksi.

Ketiga, bentuk-bentuk cerita fiksi, yaitu fiksimini, flash fiction, pentigraf, cerpen, prosa, novela, dan novel. Perbedaan terletak pada kompleksitas konflik cerita. Selain itu ada juga batasan kata dan ada juga yang menggunakan batasan paragraf.

Keempat, unsur-unsur pembentuk cerita fiksi, yaitu tema, premis, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang. Dari sekian unsur ada premis yang mungkin baru bagi Bapak/Ibu.

Kelima, kiat menulis fiksi.

- Niat, terkait motivasi diri memulai dan menyelesaikan tulisan;

- Baca karya orang lain, bahan referensi, gaya bercerita, menambah diksi

- Ide dan Genre, terkait mencatat ide dan pilihan genre yang disukai dan dikuasai

- Outline, terkait kerangka tulisan berdasarkan unsur-unsur pembentuk cerita fiksi



Tentang premis beliau menyampaikan Apa itu premis? 

Premis adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat. Terdiri dari karakter, tujuan tokoh, rintangan/halangan, dan resolusi. Contoh premis: Seorang anak memiliki kemampuan sihir bersekolah di sekolah sihir yang harus melawan penyihir jahat demi kedamaian bumi. Dari contoh jika dijabarkan adalah sebagai berikut: 

karakter: anak

tujuan tokoh: kedamaian bumi

rintangan: melawan penyihir jahat

resolusi: belajar sihir

Menulis, terkait membuka  cerita, mengenalkan tokoh, menguatkan konflik, menggunakan pertimbangan logika cerita, susunan kalimat pendek dan jelas, pilihan kata, teknik show don't tell, dan ending yang baik.

Swasunting, dilakukan setelah selesai menulis, jangan menyunting sambil menulis, fokus penyuntingan pada kesalahan penulisan, ejaan, kata baku, aturan penulisan, dan logika cerita. Selain itu harus kejam pada tulisan sendiri. Terakhir adalah berpegangan pada KBBI dan PUEBI.

Tuntas sudah kiat hebat itu disampaikan narasumber pada kita semua, semoga peluang demi peluang bisa kita manfaatkan dengan mencoba menerapkan dalam membuat tulisan fiksi yang tidak kalah menariknya dari genre lain. Selamat mencoba hingga pecah telur, terbitkan buku fiksi yang penuh arti.

Sabtu, 07 Agustus 2021

PANCARAN SIFAT BIJAK

 

Bijak tidaknya sikap seseorang akan tampak dari respon yang ia tunjukkan ketika harus menghadapi realita. Satu contoh yang dapat kita amati seseorang yang lapar dan dihadapkan pada hidangan yang siap santap.

Orang yang bijak ia akan mengoleksi data dan informasi dahulu sebelum mutuskan untuk menikmatinya. Apakah ia berhak atas hidangan itu, atau ia hanya saksi atas keberadaan menu masakan yang pasti enak. Bijakannya menuntun agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.

Sementara orang yang gegabah ia tidak berfikir nantinya akan bagaimana. Ia berfokus pada dorongan nafsu sesaat, masalah akibat baginya sesuatu yang bisa diatur sesukanya nanti. Mumpung ada langsung saja diembat.

Kebijakan kita tidak lahir begitu saja tanpa direncana, kebijakan ada karena usaha dan latihan yang terus menerus. Kebijakan merupakan buah dari kesabaran dan kesadaran bahwa di kemudian hari akan ada balasan yang adil.

Orang yang bijak tidak memiliki kekhawatiran terhadap hari esok, karena semua takdir baik akan didapatkan jika ia mengisi masa kini dengan kearifan dan kebijakan hidup.

Hati yang bersih memancarkan cahaya kebijakan. Amalan hati dan tingkah laku yang baik pasti dibalas dengan kebaikan pula.

“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al-An'am ayat 160)

Semoga kita semua senantiasa diberi kekuatan untuk berpihak dan lebih condong pada kebijaksanan.

Jumat, 06 Agustus 2021

Menulis Buku Yang Diterima Penerbit Mayor

Resume ke  : 12

Tema            : Menulis Buku Yang Diterima Penerbit Mayor

Narasumber : Bpk. Joko Irawan Mumpuni

Gelombang  : 19

Moderator    : Bpk. Bambang

Pelatihan Belajar Menulis kali ini sangat menarik para peserta, selain materi yang disampaikan narasumber sangat berbobot, antusias peserta untuk bertanya juga sangat besar. Saya mengatakan berbobot karena apa yang disampaikan memang pengetahuan dan informasi yang perlu dikuasai seorang penulis, yaitu berkaitan dengan penerbit mayor.

Kalo kita ditanya mau ndak sih jadi penulis yang naskahnya diterbitkan oleh penerbit Mayor? tentu mau dong.., namun tentunya kita tidak sekedar mau jika belum tahu keistimewaan yang ada. Mari kita dalami ulasan tentang Penerbit mayor berikut.

Sebagai narasumber, Pak Joko Irawan Mumpuni sangat semangat dan memberi motivasi serta acuan-acuan yang diterapkan penerbit mayor yang dikelolanya terkait prioritas naskah dan penulis yang layak diterima. Tidak semua tema naskah yang ditawarkan penulis diterima, bahkan lebih banyak naskah yang ditolak dengan alasan "belum sesuai kreteria penerbitan kami". Contoh di Penerbit ANDI, tiap bulan naskah yang masuk bisa sampai 300 sd 500 naskah dan yang diterbitkan hanya 50 sd 60 judul saja. tentunya sisanya dikembalikan ke penulis atau ditolak. Terkait penulis, penerbit juga memiliki cara untuk mempertimbangkan diterima atau ditolak dengan mengecek di aplikasi google scholar untuk mengetahui artikel atau buku yang telah dipublikasikan oleh penulis.Sehingga kepopuleran penulis terdeteksi dengan mudah oleh penerbit.

Pak Joko yang berperan sebagai direktur penerbitan di penerbit ANDI menyampaikan hal penting terkait tema naskah yang layak diterima oleh penerbit, yaitu tema yang masuk dalam kategori Market lebar dan lifecycle panjang, sementara penerbit kurang minat dengan kuadran market sempit dan lifecycle pendek, beliau menunjukkan sebuah grafik dengan 4 kuadran seperti terlihat di bawah ini. 


Peserta pelatihan belajar menulis disarankan menentukan tema yang bagus sesuai target pasar berkenaan dengan dampak pandemi covid 19, karena ada banyak tema yang sudah kurang relevan, seperti tema kegiatan yang memicu kerumunan seperti tema mudik, resepsi, even organizer dan Car Free Day dan lainnya. Namun jangan khawatir karena narasumber menunjukkan tema yang bisa diambil saat pandemi seperti sekarang ini yaitu tema kehidupan berkeluarga, pembelajaran dan sekolah, hidup bersosial dan religi serta terkait belanja dan konsumsi, 

Tak terlewat, Pak Joko juga memotivasi peserta pelatihan dengan apa saja yang didapatkan penulis yang telah berhasil yang tak hanya mendapatkan kebanggaan-kebanggaan saja. Tidak seorang penulis yang berhasil setidaknya akan mendapatkan KEPUASAN, Reputasi, Karir dan Uang. Ditunjukkan pesan penulis terkenal PRAM 06/02/2006 seperti di bawah ini.


Tulisan yang bagus dan dipublikasikan serta dikelola dengan baik oleh pihak yang berwenang di negeri ini tentu diharapkan akan abadi. So... Mari teman teman berkarya dengan menghadirkan naskah yang prospektif bagi penerbit mayor dan bagi kehidupan berliterasi di nusantara tercinta. Semoga kita semua menjadi insan penulis yang membawa kebaikan untuk kehidupan dan peradaban yang mulia.

Ku Barharap Kepuasan Tanpa Mengecewakan

 aku.. insan yang merasa punya harapan

namun aku tahu, terkadang ada potensi mengecewakan ...

ingin ku katakan, namun aku malu mengucapkannya.. ku takut terdengar dariku.


..to be continue..

Rabu, 04 Agustus 2021

Menguak Dapur Penerbit Mayor


Resume ke  : 11

Tema            : Menguak Dapur Penerbit Mayor

Narasumber : Bpk. Edi S. Mulyanta

Gelombang  : 19

Moderator    : Ibu Sri Sugiastuti

Pandemi covid 19 membawa dampak yang besar bagi perusahaan penerbitan buku di Indonesia, dengan ditutupnya beberapa outlet penjualan buku mengakibatkan pasokan buku dari penerbit jadi berkurang dan penerbit mayor berusaha tetap bertahan dengan segenap upaya agar tetap eksis dan bertumbuh semampunya.

Pelatihan belajar menulis kali ini, diisi oleh Bpk. Edi S. Mulyana sebagai narasumber dengan materi Menguak Dapur Penerbit Mayor, beliau sebagai praktisi yang berpengalaman 20 tahun mengelola penerbitan, menyampaikan bahwa penulis dan penerbit telah dilindungi undang-undang secara penuh sejak terbitnya UU no.3 Tahun 2017 yang diikuti oleh Peraturan Pemerintah.

 2 tahun kemudian yaitu PP No.75 tahun 2019. Dalan UU no.3 dijelaskan dengan detail bagaimana proses industri penerbitan dan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Diatur dengan detail dan kemudin disempurnakan dengan PP No 75 yang lebih detail mengatur proses membuat naskah hingga menyebarluaskannya.

Hal ini perlu diketahui karena berkaitan dengan peluang yang akan ada karena peraturan ini mendorong percepatan proses penerbitan naskah dari penulis menjadi buku untuk disebarluskan di outlet-outlet yang menjadi sumber pendapatan. 

Terkait pembagian istilah penerbit mayor dan minor sebenarnya tidak ada dalam Undang-undang perbukuan no.3 tersebut. Jadi ini hanya pembagian yang secara alamiah terjadi, dimana penerbit mayor tentu mempunyai jumlah produksi yang lebih tinggi dibanding dengan penerbit minor. 

Oleh Perpustakaan nasional, kemudian digolongkan kedalam penerbit yang berproduksi ribuan dan ratusan yang terlihat dalam pembagian ISBN yang dikeluarkannya. Dikotomi penerbit mayor dan minor, kemudian terjadi juga di sisi pemasaran bukunya, dimana ada penerbit yang mampu menjangkau secara nasional dan ada yang regional saja.

Hal ini diperuncing lagi dengan pembagian yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi di Indonesia atau Kemendikbud DIKTI, yang mensyaratkan terbitan buku harus berskala nasional penyebarannya. Penerbit yang sudah terlanjur beroplah besar tentu tidak ada masalah dengan hal ini, karena memang skala produksi dan skala mesin produksinya memang sudah terlanjur besar, sehingga untuk memenuhi pasar nasional tidak terlalu sulit.

Di Era pandemi ini ternyata mengubah pola distribusi buku dengan cukup signifikan, dimana saluran outlet yang dahulunya menjadi jalur utama, saat ini justru menjadi korban dari keganasan virus Covid 19, karena ditutupnya jaringan-jaringan toko buku atau dibatasinya aktivitas pusat perbelanjaan.

Di sisi penerbit, sebagai dapur pengolahan naskah dari penulis, sebenarnya tidak ada masalah yang cukup berarti dari sisi penerimaan naskah baru. Di era pandemi ini, naskah masih saja mengalir dengan cukup baik. Mungkin karena banyak calon penulis yang melakukan WFH sehingga banyak waktu untuk melakukan penulisan naskah buku.

Tuntutan untuk tetap produktif kepada para pengajar baik guru maupun dosen, menjadikan laju naskah baru masih tetap terjaga dengan baik. Yang menjadi kendala adalah justru dipengolahan naskah, mulai dari editorial, setting perwajahan dan kover hingga produksi buku cetak.

Outlet toku buku fisik banyak terkendala kebijakan pemerintah, sehingga secara otomatis proses penerbitan buku menjadi melambat menyesuaikan dengan kondisi output penjualan buku yang melambat.

Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. 

Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.

Sebelum hari raya 2021, perkembangan penjualan buku cukup baik, membuat banyak penerbit menaruh harapan yang cukup tinggi pada saat itu. Setelah hari raya, ternyata gelombang Covid mengembalikan penjualan buku ke titik terendah sejak 2020, sehingga kami sebagai penerbit akhirnya harus mencoba outlet-outlet baru. 

Pengalaman penerbit mayor, identifikasi tema buku menjadi sangat penting saat keadaan chaos seperti ini. Kami beruntung tema-tema yang upto date mengenai virus corona, telah kami tebar ke penulis-penulis kami sebelumnya, sehingga dengan cepat kami mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.

Kesiapan penulis, dalam menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah. Kami mempunyai database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat kita mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat kita meramu materi, kemudian kita launch, dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik. 

Kesimpulannya adalah kesiapan penulis dalam updating materi tulisannya adalah menjadi mutlak diperlukan untuk dapat ditawarkan hasil tulisannya tersebut ke penerbit.

Saat ini penetbit mayor mereposisi produksi buku fisik untuk tidak dilakukan pencetakan secara massal, akan tetai menyesuaikan dengan kondisi pasar yang fluktuatif. Hal ini tentunya memberikan kesempatan yang lebih lebar kepada bapak-ibu calon penulis untuk mencoba meamasukan era baru ini, dimana produksi buku akan mengikuti keinginan pasar secara lebih spesifik. 

Produksi kami saat ini kami coba untuk dapat memenuhi permintaan cetak dari 10 eksemplar hingga 300 eksemplar. Range produksi ini kami sesuaikan dengan keadaan daya serap pasar yang cenderung mengikuti komunitas dari penulis bukunya sendiri.

berikut contoh salah satu karya dari Belajar menulis
Semoga bisa membangkitkan semangat, bapak ibu bisa mengunjungi di bukudigital.my.id untuk melihat buku-buku digital yang telah kami produksi

Salah satu trik untuk mempercetap terbit adalah mengikuti arahan dari PP 75, yaitu melakukan editing mandiri dari sisi penulis, sehingga akan sangat membantu dalam proses editorial di sisi penerbit. 
Penyelenggaraan Sistem Perbukuan nasional ditujukan untuk: 
  1. menumbuhkan dan memperkuat rasa cinta tanah air serta membangun jati diri dan karakter bangsa; 
  2. meningkatkan mutu dan jumlah sumber daya perbukuan untuk menghasilkan Buku yang bermutu, murah, dan dapat diakses secara merata; 
  3. menumbuhkembangkan budaya literasi bagi seluruh warga negara; 
  4. dan mengembangkan dan mempromosikan kebudayaan nasional Indonesia melalui Buku ke dunia internasional.
Tahap akhir sebuah tulisan adalah tahap penyuntingan. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan ketika menyunting sebuah tulisan. 

  • Pertama Pemakaian data di dalam tulisan. Jenis tulisan tertentu, khususnya karya ilmiah, membutuhkan data-data yang valid untuk dicantumkan ke dalamnya. Pada tahap akhir, pastikan data-data yang dimasukan sudah benar dan telah terverifikasi. Sumber data pun harus tercantum jelas di dalam tulisan sehingga dapat terhindar dari tuduhan plagiasi. Penyuntingan Mandiri yang Wajib Penulis Tahu 
  • Kedua Periksa Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) atau grammar (untuk tulisan berbahasa Inggris). Pemeriksaan ejaan adalah hal yang penting ketika melakukan penyuntingan mandiri. Pastikan ejaan yang digunakan telah sesuai dengan pedoman. Ketika tulisan yang dibuat merupakan jenis karya ilmiah, pedoman ejaan harus diikuti secara ketat. Berbeda halnya dengan tulisan populer atau sastra, ragam tulisan yang digunakan cenderung santai dan informal. Meski begitu, aspek penggunaan EBI pun masih harus tetap diperhatikan dalam semua jenis tulisan yang telah dibuat. 
  • Ketiga Pemeriksaaan pengetikan. Aspek ketiga dalam penyuntingan mandiri mencakup kesalahan pengetikan yang mungkin terjadi karena penulis kurang teliti pada saat mengetik hasil tulisannya. Terkadang sebuah tulisan yang sudah berkali-kali dibaca pun masih terdapat kesalahan tik di dalamnya. Untuk menghindari kesalahan tersebut, ada sebuah fitur yang diberikan oleh google dokumen untuk mengecek kesalahan pengetikan.

Terkuak sudah isi dapur dan beberapa informasi tentang dunia penerbit mayor, semoga kita bisa menangkap peluang dan sebagai penulis buku ikut mengisi kesempatan publikasi karya lewat penerbit mayor. Mari lanjutkan menulis.

Senin, 02 Agustus 2021

Pemasaran Buku

 


Resume ke : 10

Tema : Pemasaran Buku

Narasumber : Pak Agus Subardana

Gelombang : 19

Moderator : Ibu Aam Nurhasanah

Pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempromosikan suatu produk atau layanan yang mereka punya. Pemasaran ini mencakup pengiklanan, penjualan, dan pengiriman produk ke konsumen atau perusahaan lain.


Dalam melakukan promosi, mereka akan menargetkan orang-orang yang sesuai dengan produk yang dipasarkan. Biasanya mereka juga melibatkan selebriti, selebgram atau siapapun yang memiliki kepopuleran untuk mendongkrak produk tersebut. Tak hanya itu, dalam pemasaran, bagian yang memiliki tugas ini akan membuat kemasan atau desain yang menarik pada iklan sehingga akan banyak orang yang tertarik.


Selain itu, dengan adanya pemasaran juga sangat membantu para konsumen. Jadi mereka akan lebih mudah menemukan produk yang sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Ketika pemasaran sesuai dengan targetnya, perusahaan akan mendapatkan banyak pembeli dan kefuntungan bisa didapatkan.

Malam ini pelatihan belajar menulis sangat meriah, pasalnya diisi dari penerbit Mayor Andi offset, yaitu Bpk. Agus Subardana. Selain bercerita tentang dampak pandemi terhadap penjualan buku di toko buku, beliau juga menjelaskan beberapa strategi yang dilakukan penerbit mayor dan langkah pemasarannya.

Wabah corona yang menyebar di luar negeri dan dalam negeri memberi dampak kepada banyak aspek kehidupan, salah satunya pemasaran buku. Penjualan buku terus menurun. Berkurangnya minat pembeli datang ke toko buku disertai menurunnya jumlah penerbit karena tidak bisa bertahan di masa pandemi.

Penerbit buku yang mampu bertahan ternyata terus melakukan upaya perbaikan dalam hal pemasaran. Pemasaran dilakukan kebanyakan secara online dan langkah offline juga sebagian masih ditempuh. Selain melalui website dan market place untuk menghadirkan penawaran dan ketersediaan buku dipasaran saat dibutuhkan. Penerbit juga berkomunikasi pemasaran buku melalui komunitas. Menawarkan melalui organisasi menjadi trik tersendiri, dengan memberi potongan harga yang menarik.


Penerbit Andi juga giat mengadakan pelatihan Webinar dalam rangka memberi layanan yang memuaskan, berusaha terdepan dan melayani konsumen. contohnya pilihan strategi pemasaran penjualan buku sangat dipengaruhi oleh banyak aspek dan unik . Kenapa demikian , hal ini dapat dilihat dari jenis – jenis buku yang di terbitkan. Jenis – jenis buku yang di terbitkan tersebut dikelompokan menjadi katagori buku. Salah satu contoh Penerbit ANDI Offset menerbitkan buku cukup banyak katagori produk yaitu ada 32 katagori produk buku ( Katagori buku Anak, buku Bisnis, Buku Pertanian, Buku Fiksi - Novel, Buku Pengembangan Diri, Buku Teks , dll ).

Dari jenis – jenis katagori buku tersebut disinilah kita akan melakukan pemetaan berdasarkan segmentasi jenis katagori buku yang diterbitkan. Pada umumnya kegiatan pemasaran buku berkaitan dengan berkoordinasi beberapa kegiatan bisnis.  Sehingga strategi pemasaran pada umumnya di pengaruhi oleh faktor yang meliputi :

1. Faktor Mikro , yaitu perantara, pemasok, pesaing dan masyarakat.

2. Faktor Makro yaitu demografi-ekonimi, politik-hukum, teknologi-fisik dan sosial-budaya.

Saat ini pihaknya dalam menjalankan bisnis Penerbitan Buku yang sedang terus dijalankan masuk dalam faktor keduanya yaitu Faktor Mikro dan Makro. Hal ini dikarenakan Penerbit ANDI Offset sudah termasuk Industri Penerbitan buku, dengan usianya sudah mencapai 40 tahun dan telah menerbitkan buku lebih dari 10.000 judul buku yang telah di kelompokkan menjadi 32 katagori.

Begitu banyak strategi yang dijalankan oleh penerbit buku mayor, semoga kita bisa ikut berpartisipasi menerbitkan buku melalui penerbit mayor, karena pemasaran oleh penerbit mayor sangat bisa diunggulkan. Harapan untuk memiliki buku best Seller semain terbuka, mari lanjutkan menulis dengan karya terbaik kita.

MENANGKAP KELEMAHAN SEBAGAI PELUANG

Dalam kehidupan berkeluarga atau berkarir tentu banyak dinamika, ada hal yang kita lihat sebagai hal normal, ada pula kejadian yang dirasa s...